Foto: Foto Kolase Presiden AS Joe Biden dan PM Israel Benjamin Netanyahu. (Getty Images)
Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) meminta Israel segera mengakhiri perang di Gaza. Bukan sebulan tapi dalam jangka waktu seminggu.
Laporan ini dimuat Al-Jazeera mengutip Wall Street Journal (WSJ), Kamis (7/12/2023). Ini bahkan ditegaskan langsung Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken.
Menurut sumber, ini dikatakan tangan kanan Presiden Joe Biden itu saat kunjungan ke Israel pekan lalu. Blinken mengatakan kepada para pejabat di kabinet perang Israel bahwa pemerintahan AS ingin konflik tersebut berakhir dalam beberapa minggu, bukan bulan.
“Para pejabat Israel tidak memberikan jaminan namun menyatakan keinginan mereka untuk kembali normal, khususnya agar negara tersebut tidak terkena dampak ekonomi,” ujar sumber.
“Kita semua menyadari semakin lama perang ini berlangsung, semakin sulit bagi semua orang,” jelas pejabat itu lagi.
Perlu diketahui, AS dan Israel juga menggunakan retorika yang berbeda mengenai tujuan perang. Di mana Amerika berfokus untuk mengakhiri kekuasaan Hamas namun Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, berbicara tentang pemberantasan kelompok tersebut hingga ke akarnya, sesuatu yang dianggap mustahil oleh Washington.
Ada juga perbedaan pendapat antara AS dan Israel mengenai berapa banyak bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza dan kapan harus bernegosiasi untuk pembebasan sandera. Para pejabat Israel berdalih bahwa tujuan mereka tetap sejalan dengan Amerika, meskipun pesan yang disampaikan terkadang berbeda.
“Yang lebih menonjol adalah tekanan politik dalam negeri terhadap Presiden Biden, yang sedang memasuki tahun pemilu, telah membatasi waktu dukungan aktif Amerika terhadap upaya perang Israel,” tegasnya.
“Dukungan Biden terhadap Israel telah merugikannya di kalangan Demokrat yang berhaluan kiri, menurut jajak pendapat, karena gambar anak-anak yang tewas dan warga sipil tak berdosa lainnya tersebar luas di halaman berita dan media sosial,” tambahnya.
Jumlah korban tewas di Gaza kini sudah mencapai 16.000 orang. Sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Blinken mengatakan kepada para pejabat Israel bahwa tingginya angka kematian warga sipil akibat serangan Israel di Gaza utara tidak boleh terulang di wilayah selatan. Namun, para pejabat AS mengatakan bahwa tidak ada konsekuensi eksplisit yang ditetapkan.
“Menahan bantuan AS ke Israel dan potensi hukuman lainnya belum dipertimbangkan,” kata sumber itu lagi.
WSJ menyebut sumber AS berharap tekanan mereka akan meyakinkan Israel untuk membatasi korban sipil sebagai suatu keharusan. Mereka menunjuk pada keengganan awal Netanyahu untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, sesuatu yang akhirnya dia izinkan.
Kesabaran AS Menipis
Meskipun para pejabat AS selama berminggu-minggu telah memposisikan diri mereka sejajar dengan Israel, terdapat tanda-tanda bahwa kesabaran terhadap pendekatan Israel saat ini semakin menipis. Ini terlihat dari pernyataan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin akhir pekan.
“Saya telah berulang kali menjelaskan kepada para pemimpin Israel bahwa melindungi warga sipil Palestina di Gaza merupakan tanggung jawab moral dan keharusan strategis,” katanya di Forum Pertahanan Nasional Reagan di California.
“Jadi saya secara pribadi telah mendorong para pemimpin Israel untuk menghindari jatuhnya korban sipil, menghindari retorika yang tidak bertanggung jawab, dan mencegah kekerasan yang dilakukan oleh pemukim di Tepi Barat, dan secara dramatis memperluas akses terhadap bantuan kemanusiaan,” jelas orang terkuat Pentagon itu.
Respons Israel
Permintaan AS https://perjuangangila.com itu mendapat respons dari Israel. Setidaknya ini dikatakan mantan jenderal dan penasihat keamanan nasional Israel Giora Eiland denken menyebut tuntutan AS kontraproduktif.
“Kami berperang dengan satu tangan terikat di belakang karena kami seharusnya menjaga populasi di Gaza,” kata Eiland.
“Dengan satu tangan mereka membantu kami, dan di tangan lainnya, mereka membantu Hamas,” ujarnya menyinggung AS.
Juru bicara militer Israel Letkol Richard Hecht mengatakan Israel tidak berniat menyerah sampai tujuannya tercapai. Ia membenarkan perang berkata waktu memang dibutuhkan.
“Mungkin memerlukan waktu. Mungkin ada tahapan tertentu dalam hal ini,” kata Hecht.
“Israel tidak akan mundur, selama diperlukan,” tambahnya.